Oleh : Najmah Perjalanan begitu panjang hingga aku enggan menengok ke belakang. Perjalanan begitu menyesakkan hingga aku tak ingin memu...

Dia yang Selalu Merindu dan Kurindu

/
0 Comments
Oleh : Najmah

Perjalanan begitu panjang hingga aku enggan menengok ke belakang. Perjalanan begitu menyesakkan hingga aku tak ingin memutar balikkan waktu. Lelah rasanya ketika aku harus melihat sesekali meskipun melalui kaca spion yang aku miliki, namun hal itu tidak dapat aku hindari. Semakin aku mengelak apa yang telah terjadi semakin mencekik rasanya ketika harus bertemu dengannya. Genap satu bulan aku tidak disapanya, entah apa salahku hingga dia seperti itu. Aku bahkan tidak dihiraukannya ketika berpapasan sekalipun, entah apa yang merasuki ku seketika itu aku juga semakin menjauh darinya.
Hari berganti bulan, bulan berganti tahun namun keadaanku masih sama jika sejenak terbesit akan Dia. Kali ini berbeda, dia tersenyum padaku dan bahkan mengehentikan langkahku ketika aku berusaha menjauh darinya. Aku berusaha untuk menampikkan tangan yang menggenggam erat tanganku hingga aku dapat melarikan diri serta pikiranku dari Dia. Dia melihatku kelelahan berusaha untuk lari darinya dan akhirnya dia melepaskanku. Entah apa yang terjadi padaku saat itu, bertahun-tahun aku ingin melihat wajahnya bahkan hingga terisak ketika merindukannya. Aku meneriaki diriku sendiri kala itu, mengapa aku melepaskan kesempatan yang aku tunggu selama 3 tahun. Sore itu aku hanya bisa terisak, berjalan dan terus menyalahkan tindakan bodohku.
Rintik itu kembali menemani langkahku dan butiran menjadi semakin besar. Aku semakin mengutuk hari itu, kenapa harus turun hujan di saat seperti ini. Tangisku semakin menjadi hingga Dia datang padaku dengan membawakan payung biru. Kita saling berpandangan beberapa saat hingga Dia memanggil namaku lagi setelah sekian tahun. Sontak aku berdiri dan lari meninggalkan Dia. Aku sudah tidak dapat berpikir apapun sore itu, Dia yang telah meninggalkan luka dan pergi begitu saja bisakah aku kembali dan melihatnya. Mengingatnya saja sudah menyakitkan apalagi harus melihatnya. Hari itu aku terlelap dengan pakaian kuyup dan sisa tangis yang menggantung di ujung mata.
Satu dua minggu berlalu, aku memberanikan diri untuk kembali melalui jalan itu meski rasa enggan dan takutku sangatlah besar. Entah apa yang membuatku sebenci ini ketika melihatnya, meski dalam hati kecilku sangatlah merindukannya dan ingin kembali bercerita serta tertawa bersama. Aku melalui jalan itu dengan mengamati sekitar dengan seksama, dan Dia benar kembali berada disana menatapku lekat-lekat. Ingin rasanya aku berlari kearahnya dan menumpahkan segala keluh kesahku, namun lagi-lagi aku hanya bisa berjalan dengan perlahan ke arahnya. Dia tersenyum, namun tidak berani melangkah lebih jauh ke arahku hanya terduduk pucat di bawah pohon sudut taman. Aku memberanikan diri untuk duduk berdampingan dengannya dan menayakan kabar apakah dia baik-baik saja selama ini? mengingat apa yang telah Dia lakukan padaku 3 tahun lalu. Tak ada jawaban hanyalah hening dan senja yang menemani, hingga Dia menjawab tanyaku dengan suara parau.
“Aku selalu baik selama kamu baik-baik saja, bagaimana kabar kamu saat   ini?”
Aku hanya menatapnya lekat-lekat dan terus menahan tangis melihat wajahnya dan mendengar setiap ucapannya. Tak ada jawaban dariku hanya mengangguk dan tertunduk, aku tidak tahu kata apa yang pantas untuk menggambarkan apa yang aku rasakan selama ini. Ketika semua orang tertawa bersama seseorang, aku hanya bisa menahan rasa sakit karena seseorang yang sangat berarti dalam hidupku. Aku memutuskan untuk pergi lagi kali ini, namun Dia tidak mengejar hanya mengamatiku lama-lamat dari kejauhan.
Sore berikutnya aku memberanikan diri untuk bertemu dengan Dia dan akan menumpahkan segala sesak yang mencekik untuk sekian lama. Sepi, tidak ada seorangpun yang menunggu disana, Dia yang ku cari juga tidak ada. Aku memutuskan untuk menunggu Dia, entah perasaan macam apa yang sedang bergelayut saat ini. Khawatir, takut atau bahkan tidak peduli, aku hanya perlu menunggu lagi dan lagi tapi dia tetap tidak datang hari itu. Entah apa yang harus aku lakukan, aku sudah tidak tahan menahan sesak lagi. Selepas hari itu aku memutuskan untuk tetap datang setiap senja menunggu Dia, meski aku tak tahu harus menunggu hingga kapan.
Dia datang menghampiriku di suatu senja, dengan senyuman dan setangkai mawar merah di tangan kanannya. Aku hanya terperangah, Dia yang aku tunggu lebih dari seminggu hadir di depan mataku, namun ini tidak baik. Wajahnya sungguh pucat pasi dan suaranya terdengar lebih parau dari terakhir kita bertemu. Hingga akhirnya Dia duduk di sampingku dan memberikan setangkai mawar yang selalu aku sukai dan terlelap dalam kesakitannya. Aku tidak bisa menahan pecahnya tangis hari itu, sontak aku berteriak
"Ayah... Ayah ... jangan seperti ini lagi. Aku belum mulai berbicara, aku bahkan belum memulai apapun."
seketika itu tangisku semakin menjadi dan berusaha semampunya untuk memberikan yang terbaik. Aku tidak ingin kehilangan dia untuk kesekian waktu, disaat aku telah bisa menerima seutuhnya setelah lama dan sakit rasanya ketika di abaikan
Ketika sesuatu hal buruk terjadi bukan berarti memang hal buruk yang terjadi. Kadang kita hanya perlu mengucapkan syukur kepada Tuhan atas apa yang terjadi karena Tuhan sangat sayang kepada kita dengan memberikan keistimewaan meski hal itu sangat menyakitkan. Tentu saja setiap orang mempunyai alasan yang kadang tidak diketahui dan meninggalkan bekas yang sangat menyesakkan untuk dihadapi. Padahal hal itu sebenarnya untuk kebaikan diri kita. Kadang tanpa sadar kita hanya lebih suka memprotes keadaaan, mengapa hal ini terjadi?, mengapa seseorang melakukan hal ini kepada kita? Tapi pernahkah kita melakukan sesuatu hal demi kebaikan orang lain? Pernahkah kita menghargai apa yang telah dilakukan oleh orang lain? dan apakah pernah kita melihat dengan seksama apa yang telah dilakukan oleh orang tua terhadap kita?
Beberapa orang merasa orang tua yang tidak peduli, benar-benar melakukan hal yang demikian. Namun satu hal yang pernah aku tahu, ketika Dia yang kalian panggil Ayah ataupun Ibu tidak memiliki waktu luang untuk kalian bukan berarti mereka tidak peduli, tapi karena mereka percaya kalian bisa melaluinya dengan baik. Mereka merasa hanya butuh sesekali untuk memperhatikan kalian. Meskipun orang tua tidak peduli dan memang benar-benar tidak peduli, yakinlah akan suatu hal ketika kalian berhasil meski tidak diucapkan dan meski tidak diungkapkan dengan apapun Mereka sangat bangga pada kalian. Terkadang memfikirkan hal yang sederhana dan selalu berfikir positif membuat suasana hati menjadi lebih tenang.

Jangan pernah terlalu membuang waktu untuk membenci orang-orang disekitar.Kadang kita hanya perlu merasa bersyukur dan tersenyum kemudian menjadikan hal-hal menyakitkan sebagai pupuk untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Cerita ini hanyalah sebuah ungkapan, sesakit apapun kita dengan perlakuan seseorang terlebih orang yang sangat dekat dengan kita, selalu ada masanya untuk terlebih dahulu memaafkan tanpa alasan.

-----------------------------------------------------------------------------------------
Sekilas mengenalkan diri, saya Najmah Munawaroh gadis asal Kabupaten Kendal yang lahir di Kuningan Jawa Barat pada tanggal 3 Mei 1997. Sekilas tentang saya merupakan putri sulung dari dua bersaudara yang aktif dalam bidang kebencanaan khususnya relawan dan sedang belajar untuk bisa produktif dalam hal menulis. Khususnya dalam menulis yang dapat menginspirasi orang-orang.
E-mail/no Hp/Wa        : najmah036@gmail.com/ 087838815190


You may also like

Tidak ada komentar:

Total Tayangan Halaman

Pencarian

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Most Trending

Popular Posts